Munggah
Blandar
Di
pedukuhan Saimbang, Desa Pendawa, Kelurahan Pendawa, Kecamatan Lebaksiu,
Kabupaten Tegal ini berada di wilayah di antara pegunungan dan perkotaan.
Penduduknya sangat padat sekali karena memang pedukuhan ini tidaklah luas. Mata
pencaharian penduduknya mayoritas memecah batu yang didapatkan dari sungai
Gung, ada juga yang bermata pencaharian mencari batu dan pasir di sungai karena
memang letak pedukuhan ini dekat dengan sungai Gung. Selain itu juga kebayakan
orang memiliki kendaraan truk yang mengangkut matrial-matrial.
Dalam
hal mendirikan rumah ada tradisi munggah blandar adalah selametan yang
mengiringi dinaikannya atap tertinggi dari rumah yang sedang dibangun. Tradisi munggah
blandar adalah tradisi jawa yang dilakukan oleh hampir disemua masyarakat
jawa di berbagai wilayah, termasuk di pedukuhan Pendawa. Biasanya selametan ini
dilakukan denga pembacaan do’a dengan mengundag tangga teparo, para tukang yang
membangun rumah dan disertai dengan seorang ustadz atau kyai atau orang yang
dipercaya oleh tuan rumah untuk memimpin do’a.
Biasanya
dari tuan rumah sendiri memberikan sandangan untuk para tukang sebagai syarat
memberikan sandangan untuk para tukang sebagai ucapan terima kasih telah
membangun rumah hingga selesai. Tradisi munggah blandar ini diikuti oleh
tetangga teparo yang berkenan ikut sambatan serta tukang yang membangun rumah
dari awal hingga sampai munggah blandar tersebut.
Pelaksanaan
munggah blanar ini dilakukan esok harinya setelah malam selametan. Jadi
sebelum munggah blandar malamnya itu diadakan selametan diarea rumah
tersebut. Selametan dilakukan untuk meminta kepada Allah SWT supaya acara munggah
blandar esok harinya berjalan dengan lancar.
Proses
jalannya tradisi munggah blandar ini sangatlah sederhana. Pada waktu
yang ditentukan oleh tuan rumah, namun tuan rumah sendiri biasanya meminta
kepada juru primbon untuk menghitungkan hari supaya menemukan hari baik dalam
melaksanakan munggah blandar, karena masyarakat cenderung memiliki
kepercayaan seperti itu. Sebelum blandar dinaikkan oleh tukang beserta tetangga
yang ikut sambatn, tukang memasang ubo rampe pada blandar terlebih dahulu. Ubo
rampe yang perlu dipasangkan pada blandar antara lain seperti bendera merah
putih yang sudah dibuat seperti kanthong, uang receh, tebu, pari, gedhang,
payung, dan kelapa. Dari semua ubo rampe tersebut dipasangkan diblandar secara
keseluruhan, uang receh dimasukan ke dalam bendera merah putih yang sudah
dibuat seperti kanthong lalu diikatkan pada blandar, serta ub rampe lainnya
juga dikaitkan dan digatungkan pada blandar. Setelah semuanya terpasang lalu
blandar mulai dinaikkan oleh tukang dan para sambatan.ubo rampe tersebut tidak
selamanya tergantung pada blandar, namun nantinya akan diturunkan ketika sudah
mulaiproses pasang usuk pada rumah.
Dari
berbagai ubo rampe tersebut memiliki makna simboliknya, seperti tebu memiliki
arti supaya kehidupan penghuni rumah harus banyak menanam berkah, uang receh
memiliki makna modal dari para tetangga, gedhang memiliki makna supaya
seseorang yang menghuni rumah dalam menjalani hidupnya harus berani dalam
keadaan apapun jika susah sekalipun, bendera merah putih memiliki arti
menunjuka rasa kecintaan terhadap tanah air, payung memiliki makna sebuah
tempat yang bisa menaungi penghuninya dari segala hal yang membahayakan, dan yag
terakhir kelapa memiliki makna manusia harus memiliki manfaat dalam kondisi
apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar